PH Terdakwa Perkara Gratifikasi PMD Lampung Utara ,Tuntutan Jaksa Terlalu Tinggi

oleh

Bandarlampung – Beritaphoto.id
Empat terdakwa dalam perkara tindak pidana korupsi dugaan gratifikasi yang terjadi di Dinas PMD Lampung Utara di tuntut Jaksa Penuntut Umum dengan Tuntutan berbeda pada sidang di Pengadilan Tipikor Tanjungkarang ,kamis (17/1/2024)

Keempat terdakwa yang dituntut oleh Jaksa Lampung Utara tersebut yakni mantan Kadis Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten Lampung Utara, Abdurahman; Mantan Kabid Pemdes dan Kasi PMD, Ismirhan Adi Saputra; Ngadiman; dan Nanang Furqon selaku pihak ketiga dari CV Bina Pengembangan Potensi dan Inovasi Desa.

“Sidang tuntutan dilaksanakan secara bergantian. Pertama yang dilakukan penuntutan terhadap terdakwa Abdurahman. Kemudian disusul Ismirhan dan Ngadiman, serta Nanag,” kata Jaksa Guntoro dalam persidangan di Pengadilan Negeri Tanjungkarang, Bandarlampung, Kamis.

Pada sidang tuntutan tersebut, jaksa menuntut terhadap terdakwa Abdurahman selama tiga tahun denda Rp50 juta subsider tiga bulan penjara. Kemudian untuk terdakwa Ismirhan dan Ngadiman dituntut selama dua tahun dan enam bulan denda masing-masing Rp50 juta subsider tiga bulan penjara.

“Untuk terdakwa Nanang menuntut agar dihukum selama tiga tahun serta denda Rp50 juta subsider tiga bulan penjara,” kata dia.

Dalam amar tuntutan tersebut, lanjut jaksa, terhadap empat terdakwa sama sekali tidak ada hal yang meringankan baik dalam berkelakuan baik, berpakaian sopan, serta hal yang meringankan lainnya. Usai membacakan tuntutan, keempat terdakwa kompak dan sepakat mengajukan pembelaan pada sidang mendatang.


Tim Penasihat hukum dua terdakwa Abdurahman dan Ismirhan menilai bahwa tuntutan yang dibacakan oleh jaksa terlalu tinggi. Dalam tuntutan tersebut, dirinya menilai ada kejanggalan selama proses persidangan.

Kejanggalan tersebut, tambah dia, diantaranya pemeriksaan ahli yang telah meninggal dunia dijadikan pertimbangan, pelanggaran saksi mahkota, barang bukti, tidak adanya hal yang meringankan, SK terdakwa Ismirham dan Ngadiman.

“Saya rasa kejanggalan itu akan kami koreksi dan kami kemas dalam pembelaan mendatang. Oleh karena itu, kami memiliki beberapa waktu yang diberikan oleh majelis hakim untuk menyusun pembelaan mendatang,” kata Penasihat Hukum Yelli bersama Ginda Ansori.

Selain itu, Ginda Ansori menambahkan bahwa dirinya menilai tuntutan yang dibacakan oleh jaksa samgat memprihatinkan dikarenakan tidak adamya sisi kemanusiaan.

“Kenapa kami sebut tidak ada sisi kemanusiaan, bayanhkan selama dalam persidangan tidak ada hal yang meringankan. Padahal dalam perkara itu, bajwa dana tersebut telah dikembalikan ke pihak penyidik,” katanya.

Ia menambahkan, selain adamya pemgembalian dana pada proyek tersebut juha dalam tugas perbantuan seperti dalam Perbup Lampung Utara Tahun 2017 telah dibenarkan secara hukum bahwa tugas perbantuan dari daerah ke desa serta dilengkapi dengan anggaran-anggaran.

“Dari sisi ini kami melihat masih banyak celah yang dapat kami lakikan pembelaan. Tapi yang jelas hukum hari ini terlihat tidak ada manusiawi karena beberapa kebaikan telah dijalankan seperti pengembalian keuangan dan selesainya proyek. Jadi hakim ini jangan jadikan alat sebagai balas dendam,” tegasnya.

Diketahui, kasus dugaan gratifikasi di Dinas PMD Lampung Utara menjadi sorotan Jaksa Agung. Hal ini setelah rapat dengar pendapat (RDP) Kejaksaan Agung dengan Komisi III DPR RI.

Anggota Komisi III DPR RI Arteria Dahlan saat itu memberitahu kepada Jaksa Agung mengenai penanganan perkara tersebut dalam rapat kerja Komisi III DPR RI dengan Jaksa Agung, Kamis 16 November 2023 lalu.

Arteria Dahlan saat RDP tersebut mengungkapkan bahwa Kajati Lampung, Nanang Sigit Yulianto diduga inkonsisten atas penegakan dugaan pelanggaran kode etik dan perilaku jaksa yang diduga dilakukan oleh oknum jaksa di Kejaksaan Negeri Lampung Utara.(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *